Lokakarya Keilmuan Aqidah dan Filsafat Islam
Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., MA. menyampaikan Welcome Remark dan membuka kegiatan secara resmi.
Program Studi Magister (S2) Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi tuan rumah dalam kegiatan Lokakarya Keilmuan Aqidah dan Filsafat Islam. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI). Pada kegiatan ini sekaligus dilakukan Pengukuhan Pengurus Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) se-Indonesia. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 19 sampai 21 Oktober 2022, di Hotel Grand Keisha Yogyakarta. Kegiatan ini bertema: “Mengembangkan Disiplin Keilmuan Aqidah dan Filsafat Islam di Era Society 5.0”.
Pada acara pembukaan kegiatan tersebut, Dr. Imam Iqbal, S.Fil.I., M.S.I. selaku Panitia dan sekaligus Wakil Ketua AAFI menyampaikan bahwa kegiatan ini dihadiri oleh 26 Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam di tingkat sarjana (S1) dan 6 Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam di tingkat magister (S2). Jumlah keseluruhan peserta yang hadir adalah 70 orang. Jumlah ini mewakili sekitar 80% pengelola Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam di Indonesia (S1 dan S2). Atensi yang besar ini menunjukkan bahwa para pengelola Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam se-Indonesia membutuhkan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan semacam ini sebagai sarana mengembangkan keilmuan dan jaringan dalam pengelolaan Program Studi. Dr. Imam Iqbal, S.Fil.I., M.S.I. mengharapkan agar penyelenggaraan kegiatan yang serupa pada tahun berikutnya dapat merangkul pengelola Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam di tingkat doktoral (S3) dan asosiasi yang serupa dengan AAFI.
Dr. H. Kholid Al Walid, M.Ag, selaku Ketua AAFI dalam sambutannya mengatakan bahwa AAFI mempunyai tujuan utama menguatkan dan memajukan Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam. Oleh karena itu, pada dasarnya, asosiasi ini adalah milik bersama. Semua pengelola Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam memiliki tanggung-jawab untuk membesarkan asosiasi ini. Khalid berharap periode kepengurusan ini mampu bekerjasama memajukan asosiasi dan pada saat yang sama juga memajukan Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam baik secara intern maupun dengan lembaga-lembaga yang sama di tingkat nasional, regional, maupun internasional. Salah satu implikasi yang ingin diwujudkan dari asosiasi ini untuk memunculkan penerbitan-penerbitan, penelitian-penelitian yang dapat kemudian menunjang Program Studi AFI. Masyarakat di negeri ini membutuhkan AFI untuk menyumbangkan pemikiran-pemikiran besar. Jangan sampai pemikiran-pemikiran itu hanya berhenti dalam kuliah-kuliah di kelas. Kita perlu menyumbangkan pemikiran kita demi memajukan republik kita.
Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam menyampaikan Welcome Remark dan sekaligus membuka kegiatan ini secara resmi. Inayah mengatakan bahwa saat ini para pengelola Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam dihadapkan pada tantangan yang besar untuk mengembangkan program studi Aqidah dan Filsafat Islam di kampus masing-masing, baik secara keilmuan maupun kelembagaan. Secara keilmuan, tantangan yang dihadapi oleh Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam misalnya bagaimana agar pemikiran-pemikiran yang dikaji dalam Program Studi ini tidak mengambang di dunia ide, melainkan juga bisa diimplementasikan secara konkrit. Demikian juga dengan solusi-solusi teoritis dan praktis terhadap persoalan-persoalan mutakhir yang diharapkan bisa muncul dari Program Studi ini. Sementara secara kelembagaan, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam dihadapkan pada tantangan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). Sejauh ini, belum semua Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam di PTKI telah berhasil memenuhi standar tersebut, apalagi mampu mengembangkannya.
Prof. Dr. Mukhtasar, M.Hum selaku Dewan Pembina AAFI menyampaikan keynote speech dalam kegiatan ini. Mukhtasar mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menemukan kesulitan dalam menkongkritkan pekerjaan bagi lulusan filsafat. Pemikir bisa dijabarkan sebagai drafter, konseptor, dsb. Dalam kaitannya dengan leadership, lulusan filsafat memiliki kemampuan atau kompetensi menjadi pemikir kemudian menjadi penulis. Tidak usah latah mendefinisikan lulusan kita dengan tukang, insinyur ahli mesin, itu tidak diperlukan. Writer, konseptor, leader merupakan profesi-profesi yang sudah sangat jelas dan terukur. Dengan demikian, saran yang diajukan untuk AAFI sekiranya mampu membentuk dan mengkoordinir lembaga akreditasi mandiri. Sehingga, asesor untuk fakultas maupun Program Studi filsafat bukan dari bidang ilmu lain yang sangat berbeda. Adanya perkumpulan dalam bentuk asosiasi filsafat merupakan langkah maju untuk menjaga perkembangan ilmu melalui pembentukan wadah yang relevan terkait dengan gejala ilmu (spesialisasi) filsafat. Karena, gejala ilmu seperti ini tentunya akan menjadi cabang ilmu baru yang terlembagakan dalam bentuk prodi baru (bentuk pemadatan ilmu).
Pada kegiatan ini sekaligus dilaksanakan pengukuhan Pengurus Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam Periode 2022-2026. Ketua AAFI terpilih, yaitu: Dr. H. Kholid Al Walid, M.Ag. memberikan pengantar sebelum acara pengukuhan dilaksanakan dan membacakan SK Kepengurusan AAFI sesuai dengan AD & ART AAFI. Pengukuhan Pengurus Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) dipimpin oleh Prof. Syamsul Rijal, M.A. selaku Dewan Pembina AAFI dan Guru Besar Filsafat Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan disaksikan oleh Prof. Dr. Mukhtasar, M.Hum selaku Dewan Pembina AAFI dan Guru Besar Filsafat UGM.
Pada hari kedua, acara ini dimulai dengan penyampaian materi dari Prof. H.M. Amin Abdullah, MA dengan tema “Mengembangkan Bidang Kajian Aqidah dan Filsafat Islam di Era Society 5.0.”. Beliau menegaskan bahwa isu era society atau diistilahkan sebagai era better human life society. Menurutnya, perkembangan teknologi di era Society 5.0 justru memunculkan pertanyaan radikal tentang kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Pernyataan tersebut didorong oleh dilematis perkembangan teknologi yang diiringi dengan meningkatnya angka bunuh diri. AAFI harus mampu mempersiapkan model-model AFI untuk menghadapi isu-isu krusial seperti ini. karena filsafat sebagai the way to thinking bukan untuk mencari sumber kebenaran, melainkan wahana kritik terhadap segala macam half-truth, post-truth dan non-truth. Prof Amin juga menyoroti iklim pendidikan Indonesia yang mengabaikan filsafat. Oleh karena itu, sudah waktunya filsafat diberi tempat dalam kurikulum sekolah-sekolah sebelum masuk ke PTKIN. Karena ‘better human life society’ membutuhkan higher order of thinking skills yang dimiliki oleh disiplin ilmu filsafat. Tugas AAFI adalah bagaimana agar aqidah yang disandingkan dengan Filsafat Islam tidak direduksi menjadi aqidah. Penyatuan yang kita butuhkan antara aqidah dan filsafat adalah keterhubungan yang mencerahkan bukan polarisasi.
Pengintegrasian antara aqidah dan filsafat dalam menjawab isu-isu krusial di era society 5.0 merupakan langkah utama yang diperlukan oleh setiap bidang Pendidikan. Misalnya, filsafat pendidikan yang menjadi batu pijakan untuk mengkritik perkembangan pendidikan di Indonesia perlu menghasilkan kepekaan social demi meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, problem social dewasa ini memerlukan pendekatan yang bersifat multi, inter, dan transdisiplin keilmuan. Walaupun pada akhirnya, para ilmuwan tidak dapat menghindari problem linearitas. Contoh lainnya, proses pembelajaran di setiap ruang instansi pendidikan sangat dianjurkan untuk mempersiapkan raw material guna mendorong keinginan belajar mahasiswa. Dorongan belajar bagi mahasiswa sekiranya kurang cukup, jika secara substansial critical thought dalam merespon kesenjangan antara objektifitaas dan subjektifitas antara sains dan agama malah condong ke arah aqidah, bukan ke nalar kritis transformatif.
Acara Lokakarya Keilmuan dilanjutkan dengan diskusi dan presentasi program kerja dari masing-masing departemen AAFI. Departemen dalam struktur kepengurusan AAFI antara lain, Departemen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Departemen Publikasi dan Penerbitan, Departemen Keorganisasian dan Kerjasama, Departemen Media dan Informasi, Departemen perkembangan keilmuan, dan Departemen Studi Gender. Masing-Masing departemen AAFI menyampaikan program kerja yang mencakup pengintegrasian keilmuan dalam bidang kerjasama guna mewujudkan kesadaran praksis-emansipatoris bagi mahasiswa maupun lulusan akademik dan menghasilkan kebermanfaatan bagi masyarakat luas. Kegiatan terakhir sebagai penutup acara Lokakarya Keilmuan, yaitu penandatanganan kerjasama serta acara ramah tamah yang dilakukan pada hari ketiga “City Tour Candi Ratu Boko” untuk mengenal warisan nusantara di Yogyakarta. ***